BANDUNG, MEDIA METROPOLITAN-- Kota
Bandung mencatatkan kasus pertama kematian sapi akibat wabah penyakit mulut dan
kuku (PMK). Sapi yang mati itu sebelumnya telah dikarantina akibat positif
terjangkit PMK.
Dari 5 ekor yang positif itu, sekarang tersisa 3 ekor lagi. Satu mati karena kondisinya semakin parah, satunya lagi dipotong karena si peternaknya khawatir menyebar ke sapi yang lain,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung Gingin Ginanjar, Kamis (2/6/2022).
Gingin menyebut kasus
kematian sapi akibat PMK itu terjadi di tempat peternakan wilayah Babakan
Ciparay, Kota Bandung. DKPP hingga kini terus memantau kondisi kesehatan
sapi-sapi yang tengah dikarantina tersebut.
“Yang awal kasus itu ada
di Babakan Ciparay didugs ada 50 yang positif PMK, tapi kita ambil sampel itu
14 ekor karena syaratnya 10 persen dari koloni. Sapi yang di Babakan Ciparay
dikirim dari Purwakarta,” ungkapnya.
Selain di Babakan
Ciparay, sapi di wilayah peternakan yang sudah mulai terjangkit PMK kini
bertambah. Gingin menyebut dua wilayah lainnya juga terindikasi terjadi wabah
PMK yaitu di Cisurupan, Kecamatan Cibiru dan Kecamatan Bandung Kulon.
“Dua hari lalu kita
dapat kabar ternyata ada di wilayah Cisurupan ada sapi perah dan sapi potong
yang suspect PMK, kemarin sudah diambil sampelnya. Terus di Bandung Kulon juga
ada laporan, sampelnya juga sudah diambil dan tinggal menunggu hasilnya,”
katanya.
“Jadi kalau dilihat dari jumlah Kecamatan, sudah 3 tiga kecamatan yang terserang PMK yaitu Babakan Ciparay, Cibiru dan Bandung Kulon,” ucapnya menambahkan.
.
Untuk mencegah penularan
PMK makin meluas, DKPP akan mulai mengawasi jalur distribusi sapi dari luar
wilayah. Sebab menurut Gingin, distribusi sapi yang masuk ke Kota Bandung
terjadi lewat jalur kewilayahan dan tak menggunakan jalur arteri.
“Seperti yang di
Cisurupan, kita meminta kelurahan dan kecamatan menjaga di wilayahnya. Karena
sekarang ada kecenderungan justru distribusi dari luar daerah tidak menggunakan
jalan besar melainkan ke jalan kewilayahan bukan jalan arteri,” pungkasnya. (Supriyanto)